Rabu, 24 Agustus 2022

PERJUANGAN MENGHADAPI ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA

| Rabu, 24 Agustus 2022
        sesudah 40 tahun lamanya, baru pertama kali peringatan hari kebangkitan nasional 20 mei, yang diselenggarakan pada tahun 1948. tujuan dari diadakannya hari kebangkitan tersebut adalah untuk memperkuat kesatuan bangsa. khususnya dalam menghadapi belanda yang hendak menjajah kembali indonesia. ditambah lagi pada saat itu muncul kelompok dengan garis perjuangan ideologi yang dapat menghancurkan integrasi bangsa dan ideologi negara indonesia. ancaman disintegrasi bukan merupakan perkara mudah, karena akan menimbulkan dampak yang cukup besar bagi kesatuan bangsa indonesia. 

    A. BERBAGAI PERGOLAKAN DALAM NEGERI (1948-1965)

        tahun 1948 ditandai dengan pecahnya pemberontakan besar pertama setelah kemerdekaan indonesia, yaitu pemberontakan PKI di Madiun. sedangkan tahun 1965 merupakan tahun dimana berlangsung peristiwa G30S/PKI yang berusaha merebut kekuasaan dan mengganti ideologi pancasila. pergolakan dan konflik tersebut terbagi dalam tiga bentuk pergolakan.

    1.) KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAIT IDEOLOGI
        termasuk dalam kategori ini adalah pemberontakan PKI Madiun, Pemberontakan DI/TII, dan peristiwa G30S/PKI. ideologi yang diusung oleh PKI yang beraliran komunisme, dan DI?TII yang berkaitan dengan ideologi agama. berikut adalah konflik-konflik yang berkaitan dengan ideologi.

a.) PEMBERONTAKAN PKI (PARTAI KOMUNIS INDONESIA) MADIUN
        selain Partai Nasional Indonesia (PNI), PKI juga merupakan partai politik pertama yang didirikan setelah proklamasi. meski demikian, PKI bukanlah partai baru, karena telah ada sejak zaman pergerakan nasional sebelum dibekukan oleh pemerintah hindia belanda akibat memberontak tahun 1926. sejak merdeka hingga awal tahun 1948, PKI masih bersikap mendukung pemerintah, yang kebetulan memang dikuasai oleh golongan kiri. namun ketika golongan kiri terlempar dari kursi pemerintahan, PKI menjadi partai oposisi dan bergabung dengan partai serta organisasi golongan kiri lainnya yaitu dengan Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang didirikan oleh amir syarifudin pada februari 1948. pada awal september 1948 pimpinan PKI adalah Muso. 
        alasan utama PKI memberontak adalah ideologis mereka yang memiliki cita-cita ingin menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. berbagai upaya telah dilakukan PKI untuk meraih kekuasaan. partai ini mendorong dilakukannya berbagai demonstrasi dan pemogokan kaum buruh dan petani. mereka juga kerap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengecam pemerintah dan membahayakan stategi diplomasi Indonesia melawan Belanda yang ditengahi Amerika Serikat (AS). pernyataan Muso lebih menunjukan keberpihakannya terhadap Uni Soviet yang Komunis. dikarenakan kondisi politik yang semakin memanas akibat gerakan yang dilakukan oleh PKI, pertempuran PKI dengan TNI mulai meletus pada pertengahan september 1948. pada tanggal 18 september 1948, Muso memproklamirkan berdirinya Republik Soviet Indonesia di Madiun. pasukan pemerintah yang dipelopori oleh divisi Siliwangi berhasil mendesak mundur pasukan PKI, dan puncaknya adalah ketika Muso tewas tertembak. sedangkan Amir Syarifudin berhasil tertangkap dan dijatuhi hukuman mati. sementara tokoh-tokoh lain seperti Aidit dan lukman berhasil melarikan diri. merekalah yang kelak di tahun 1965 berhasil menjadikan PKI kembali sebagai partai besar di Indonesia sebelum terjadinya peristiwa G30S/PKI 1965. 

b.) PEMBERONTAKAN DI/TII (DARUL ISLAM/TENTARA ISLAM INDONESIA)
        cikal bakal pemberontakan ini adalah bermula dari sebuah gerakan di Jawa Barat yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo  yang dulunya merupakan salah seorang tokoh dari Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). awal mula pemberontakan ini adalah adanya Perjanjian Renville yang salah satu isinya mengharuskan pasukan RI dari daerah-daerah yang berada dalam garis batas demarkasi yang dibuat oleh Van Mook harus pindah ke daerah yang dikuasai RI. akan tetapi laskar hizbullah dan sabilillah yang berada di bawah pengaruh Kartosuwiryo tidak bersedia pindah dan malah membentuk Tentara Islam Indonesia (TII). meski pada awalnya Kartosuwiryo memimpin perjuangan melawan Belanda dalam rangka menunjang perjuangan RI, namun pada akhirnya perjuangan tersebut beralih menjadi perjuangan untuk merealisasikan cita-citanya. ia lalu menyatakan pembentukan Darul Islam (Negara Islam/DI) dengan dukungan TII, di Jawa Barat pada Agustus 1948. 
        persoalan tersebut timbul ketika pasukan Siliwangi kembali ke Jawa Barat,  dengan Kartosuwiryo yang tidak mau mengakui tentara RI kecuali mereka bergabung dengan DI/TII. yang berarti Kartosuwiryo tidak mau mengakui pemerintah RI di Jawa Barat. dengan mulai melakukan pemberantasan terhadap pasukan TII. dengan operasi "pagar betis", dapat mempersempit ruang gerak pasukan DI/TII dan mengepung bersama dengan masyarakat untuk menangkap Kartosuwiryo. ia lalu dijatuhi hukuman mati dan menandakan berakhirnya pemberontakan DI/TII di Jawa Barat. 
        selain di Jawa barat  terdapat pula pemberontakan ini di Jawa Tengah yang di pimpin oleh Amir Fatah. ia juga ikut memproklamirkan Darul Islam di Jawa Tengah. namun berkat kerja sama dari pasukan tentara RI berhasil menumpas pemberontakan Amir Fatah di Jawa Tengah. selain Jawa Tengah dan Jawa Barat, terdapat juga pemberontakan yang terjadi di Sulawesi Selatan yang di pimpin oleh Kahar Muzakar. pemberontakan ini lebih disebabkan oleh ketidakpuasan para bekas pejuang gerilya kemerdekaan terhadap kebijakan pemerintah. namun beberapa tahun kemudian pemberontakan ini berubah menjadi bergabungnya dengan DI/TII. Kahar Muzakar sendiri pada masa perang kemerdekaan pernah menjadi komando Grup Sulawesi Selatan di Yogyakarta. setelah pengakuan kedaulatan tahun 1949 ia ditugaskan kembali ke daerah asalnya untuk membantu menyelesaikan persoalan KGSS untuk dilakukan reorganisasi tentara kembali. namun banyak anggota KGSS yang menolaknya.
    Namun begitu tiba, Kahar Muzakar malah menuntut kepada panglima agar KGSS tidak dibubarkan, melainkan dijadikan tentara dengan nama Brigade Hasanudin. tuntutan tersebut ditolak karena pemerintah berkebijakan hanya menerima anggota KGSS yang memenuhi syarat dan lulus seleksi. Kahar Muzakar tidak menerima kebijakan tersebut dan memilih memberontak diikuti oleh pengikut pasukannya. pemberontakan oleh Kahar Muzakar membutuhkan waktu yang terbilang lama untuk penumpasannya karena baru dapat berakhir pada tahun 1965 saat ia tewas tertembak dalam suatu penyergapan. 
    pemberontakan berkaitan dengan DI/TII lainnya juga terjadi di Kalimantan Selatan. namun pemberontakan ini relatif kecil, dimana pemberontak tidak menguasai daerah yang luas dan pergerakan pasukan yang besar. namun meskipun begitu, pemberontakan ini berlangsung lama karena terus berlarut-larut hingga pada patun 1963 saat Ibnu Hajar, pemimpinnya tertangkap. daerah pemberontakan lainnya adalah di Aceh pimpinan Daud Bereuh yang dipicu oleh penetapan wilayah Aceh sebagai bagian dari provinsi Sumatera Utara. namun hal tersebut tidak sampai kepada terjadinya pertumpahan darah seperti di daerah lain karena pada tahun 1959 pemerintah menjadikan Aceh sebagai daerah Istimewa.

c.) GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965 (G30S/PKI)
        peristiwa ini hingga sekarang masih menyimpan kontroversi yang mempertanyakan siapa dalang dibalik pemberontakan ini. berikut tokoh yang menjadi korban dalam peristiwa G30S/PKI ini.
  • Mayjen Soetojo Siswomiharjo
  • Letjen R. Soeprapto
  • Letjen S.Parman
  • Letjen M.T Hariono
  • Jendral Ahmad Yani
  • Mayjen D.I Pandjaitan
  • Kapten Piere Tendean

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar